Menanti Televisi yang Mendidik
Saya merasa lelah dengan semuanya. Televisi-televisi itu tak banyak memberikan pendidikan seperti yang mereka gemborkan dalam acara-acara besar yang mereka helat. Berapa kali mereka didoakan agar menjadi sebuah channel televisi yang mendidik rakyat oleh para orang besar? Dan mereka masih menjadi bayi yang tak jua berkembang.
Sampai sekarang, saya hanya bisa percaya pada satu channel televisi yang masih punya kedibilitas, walau hanya sebagian. Bagi saya, beberapa acara dari Metro TV masih layak dinikmati. Ada Archipelago yang mengupas alam dan daerah agar kita juga melek dan tidak hanya tahu Jakarta. Ada Ekspedisi yang menyajikan petualangan-petualangan luar biasa dan tak lupa KickAndy yang masih memberikan inspirasi dan semangat.
Sementara televisi lain, bagi saya hanya pelengkap yang tidak juga membuat mata kita berbinar bangga.
Sebuah channel yang menyatakan dirinya channel berita (TV One) akhirnya malah menjadi channel yang saya ban. Bukan apa-apa, saya hanya muak dengan kualitas berita yang disajikan. Mereka itu seharusnya lebih pintar dari saya tapi sajian yang dihadirkan tak lebih dari omongan para gembala di tengah terik siang. Omongan lalu yang tak berguna. Sayangnya, banyak orang di luar sana yang menjadi penikmat karena mungkin mereka tak tahu.
Saya lebih muak lagi ketika setiap pagi terpaksa mendengar gosip murahan dari sebelah kamar kos (RCTI, TransTV). Masalah-masalah yang tidak perlu dibahas tetap digemborkan dengan lantang oleh presenter. Seolah tak pernah habis gosip itu berdatangan ditambah dengan suara-suara sumbang dari presenternya sendiri.
Televisi kita bagi saya sudah seperti politik. Kotor dan ditungganggi. Yang ada adalah kepentingan pribadi.
Beruntung saya tidak punya televisi sehingga saya tak perlu repot mencari channel. Jika saya punya televisi pun, saya akan pilih televisi kabel. Di sana saya bisa pilih Discovery Channel, National Geographic, atau CNN dan tak ketinggalan FOX (yang ini channel serial kesukaan saya).
Seingat saya, sudah dua kali saya mengirimkan email protes kepada dua media karena tingkah mereka yang tidak mendidik masyarakat. Dan tiga kali saya memprotes secara langsung karena saya sangat kecewa. Well, sepertinya mereka tak juga berubah. sigh
Seharusnya media menjadi pendidik masyarakat bukan justru membodohi dan mengajak berbuat jahat. Media seharusnya menjadikan masyarakat cerdas dengan berita bermutu dan membanggakan. Bukan menyajikan gosip murahan, sinetron murahan, atau berita murahan. Berita baik dari Indonesia terlampau banyak untuk ditampung oleh Great Indonesia dan Good News From Indonesia.
Mungkin kita harus berhenti menyaksikan televisi konyol itu. Kemudian kita kembali menggalakkan diri untuk membaca. Membaca koran, membaca newsletter, membaca berita online, dan membaca buku. Sembari membaca, saya berdoa semoga kelak ada televisi yang mendidik. Atau jika ada yang ingin memulai membuatnya, saya bersedia terlibat. Count me in! The Power of Share -sm/61024/me.