Review TV Toshiba: Televisi Juga Bisa Memberi Lebih
Sebagai anak kos, saya tidak memiliki televisi. Salah satu alasan utamanya adalah bahwa hampir semua stasiun televisi di negeri ini tidak ada yang bisa dipercaya untuk memberikan apapun termasuk berita. Berita hanya diambil sedikit bagiannya yang menurut mereka menarik. Sedangkan isi beritanya dimuntahkan entah di mana.
Kan bisa berlangganan, kata orang? Iya, masalahnya karena di kos saya jadi merasa malas memasang ini dan itu. Termasuk urusan membayarnya belum lagi mengingat banyaknya pengalaman buruk pelanggan terhadap layanan televisi berlangganan.
Tapi, sejujurnya saya ingin punya televisi. Dan kalau semuanya berjalan lancar saya akan memilikinya dalam waktu dekat. Bukan di kos. Karena rencananya memang saya akan berpindah dari kos ke rumah. Entah rumah siapa. Rasanya tidak penting.
Keinginan memiliki televisi ini diikuti dengan pertanyaan lalu televisi yang bagaimana?
Berbekal pengalaman dalam memilih sesuatu, rasanya menjawab pertanyaan di atas bukan perkara mudah. Namun, rasanya saya tertarik pada satu pilihan yang baru diluncurkan kemarin.
Televisi ini menggunakan operating system Android dan memiliki layar pilihan antara 39 atau 50 inchi. Rasanya semua orang paham bahwa saya adalah pecinta Android dan salah satu pengguna fanatik. Jadi jika ada televisi yang menggunakan Android, rasanya saya harus memilikinya.
Adalah Toshiba yang meluncurkan televisi ini November lalu. Dan mereka memberinya nama Toshiba Pro Theatre L4300 Series.
Sebagaimana yang sudah saya sebutkan, Android adalah salah satu poin utama saya berminat pada televisi ini. Tapi rasanya bukan hanya itu alasannya. Karena tentu saja saya mau TV berwarna. #menurutngana
Saya cukup sering membuka video di YouTube menggunakan handphone ketika di rumah. Namun, jujur saja melihat video di layar handphone tidaklah memuaskan meski ukurannya lebih dari 5 inchi. Di sinilah TV Toshiba L4300 ini rasanya menjadi pasangan handphone yang pas. Karena apa? Karena Screen Mirroring. Dengan fitur ini saya bisa memproyeksikan gambar dari hape ke layar televisi dengan mudah. Dengan begitu saya bisa menonton video atau menampilkan gambar ke layar lebar untuk ditunjukkan kepada orang lain tanpa perlu merasa hape saya dijajah. #halah
Lalu ada juga Audio Source Filtering. Nah, fitur ini akan memberikan saya kebebasan apa yang saya mau dengar lebih. Apakah background dari gemericik air sungai ataukah narasi yang diucapkan oleh Prof Brian Cox dalam serial di BBC. Apakah suara gemuruh demonstrasi di belakang ataukah mbak/mas reporter yang sedang berusaha menyampaikan berita seadanya. Apakah suara background musik yang lembut atau narasi yang dibaca oleh adik saya di sebuah pentas opera sekolah. Semuanya suka-suka saya. Saya memiliki kontrol atas suara. Dan sejujurnya, saya menyukai fitur ini. :D
Kembali lagi ke Android. Memiliki televisi Android rasanya akan menjadikan saya lebih leluasa melakukan banyak hal. Hal-hal yang sebelumnya saya lakukan di handphone bisa dengan mudah saya lakukan di televisi, dan tentu saja dengan remote. Dengan televisi ini saya bisa bebas membiarkan adik saya (atau istri kelak) bermain DragonBox2 atau Scrabble sementara saya tetap memiliki kendali atas handphone. Atau kami justru bertanding dan bermain dengan leluasa tanpa keterbatasan ukuran layar atau kontrol.
Nah, itulah rencana televisi saya buat di rumah nanti. Televisi itu memang tentang hiburan. Dan hiburan tak melulu tentang apa yang saya nikmati dari layar televisi tetapi juga apa yang bisa diberikan lebih. Kalau bisa mendapatkan Android dalam layar televisi sekaligus, kenapa enggak? Ya, kan?