Ini adalah nyanyian kesedihan yang mungkin saat ini selalu terngiang, didendangkan dan semakin kencang dinyanyikan oleh masyarakat akan kondisi bangsa dan negara tercinta atas apa yang terjadi akhir-akhir ini. Nyanyian ini semakin menggema seiring berjalannya waktu atas kejadian-kejadian seperti berikut:

  • Pembelian mobil baru untuk para anggota menteri KIB II, masing-masing Toyota Crown Royal Saloon yang mencapai Rp. 1,3 Miliar per satu mobil.
  • Renovasi rumah para anggota DPR terhormat di kawasan Kalibata, saya yakin tidak akan ditempati, yang menurut Indonesia Budget Center (IBC) menghabiskan dana sebesar Rp. 400 Miliar.
  • Pembelian komputer untuk yang terhormat anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang berdasarkan Indonesia Budget Center (IBC) dianggarkan oleh Sekretariat Jenderal DPR berjumlah 687 unit dengan total biaya sebesar Rp. 11,3 Miliar. Jika dihitung maka inilah nilainya: Rp. 11,300,000,000/687 unit=Rp. 16,448,326/unit
  • Pembangunan pagar istana yang menghabiskan dana sebesar Rp. 22,5 Miliar dan ternyata pagarnya hanya sebuah pagar yang jika ditarik oleh massa pendemo akan runtuh dalam 10 menit saja.
  • Penggusuran hanya untuk PKL yang dilakukan tanpa ba-bi-bu, sedangkan milik pejabat di bukit yang notabene harusnya digunakan penampung air hujan didiamkan.
  • Kabar mengenai pesawat pribadi untuk presiden (sumber: ICW), dan lainnya yang tidak disebut di sini.

Semua hal di atas dilakukan di atas penderitaan rakyat yang tidak mendapatkan kejelasan tentang kasus Bank Century. Apalagi setelah ulah para anggota Panitia Khusus (PANSUS) yang maaf kekanak-kanakan. Banjir bandang dimana-mana, longsor dan musnahnya panen yang disebabkan datangnya musim hujan berlebih. Dan masih banyak lagi daftar panjang masalah yang memerlukan perhatian dari pemerintah.

Tidak ada harapan apapun dari tulisan ini, karena toh masyarakat sudah lelah berharap pada mereka yang di atas sana yang tak jua memberikan bukti nyata setelah berbusanya mulut mereka saat kampanye dulu. Ya, memang tidak mudah untuk merealisasikan sebuah janji, namun tidak adanya langkah nyata menuju ke sana menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam mengelola negara ini.

Dan, inilah nyanyian kesedihan itu. Terima kasih untuk Iwan Fals.


POLITIK UANG - Iwan Fals

boleh saja partai ribuan jumlahnya tapi yang menang yang punya uang seorang cepek-ceng sudah bisa jadi presiden begitulah cerita yang berkembang

gontok-gontokan sudah nggak musim adu dompu ini yang ditunggu-tunggu pemilu tempat berpestanya uang palsu habis kalau nggak gitu nggak lucu

program-program berseliweran seperti dongeng jaman kecil dulu walau ternyata hanya ngibul doang tapi kampanye bikin hati senang

bul-kibul-tak-kibul-kibul kibul diadu demi perkibulan ini sudah dari jaman baheula dari jaman raja-raja sampai sekarang

uang adalah bahasa kalbu santapan rohani para birokrat tentu saja tidak semuanya tapi yang pasti banyak yang suka

jangan heran korupsi menjadi-jadi habis itulah yang diajarkan ideologi jadi komoditi bisa diekspor ke luar negeri

uang adalah bahasa kalbu santapan rohani rakyat dan wakil rakyatnya tentu saja tidak semuanya tapi yang pasti banyak yang suka

jangan heran korupsi menjadi-jadi habis itulah yang diajarkan ideologi jadi dagangan bisa diekspor ke luar negeri


BUKTIKAN - Iwan Fals

kata-kata berbisa mulut-mulut berbusa janji-janji bertebaran seperti biasa dari atas panggung atas nama bangsa

yang mendengar terpesona bahkan ada yang terkesima akupun tergoda untuk mengikuti apa yang terjadi apakah memang janji hanya janji

buktikan! buktikan! itu yang dinanti-nanti buktikan! buktikan! kalau hanya omong burung beo pun bisa

kita hidup sering terancam tak ada jaminan keselamatan kamu ngomong tentang keamanan tapi makin banyak penggusuran

kita hidup sering terancam tak ada jaminan keselamatan kamu ngomong tentang kemakmuran tapi makin banyak pengangguran

buktikan! buktikan! itu yang dinanti-nanti buktikan! buktikan! kalau hanya omong burung beo pun bisa

kata-kata berbisa mulut-mulut berbusa janji-janji berhamburan seolah-olah kami ini bodoh tak mengerti apa-apa seolah-olah kami ini anak kecil yang bisa kau bohongi sesuka hatimu

buktikan! buktikan! itu yang dinanti-nanti buktikan! buktikan! kalau hanya omong burung beo pun bisa

buktikan! buktikan! buktikan! buktikan! buktikan! buktikan! buktikan! buktikan!