Bejo sedang duduk di teras malam itu sambil menikmati malam yang baru saja bergulir. Waktu menunjukkan pukul 19.05 dan dia sesekali mengamati mobil-mobil yang lewat di kawasan tempat tinggalnya. Beberapa menit kemudian, sebuah mobil tampak berhenti di depan sebuah rumah di seberang. Mobil tersebut menepi dan seorang lelaki paruh baya keluar menenteng tas kerja. Wajahnya nampak lusuh dan lelah. Setelah keluar dari mobil, dia menuju sebuah pohon kecil di pekarangannya. Dia menyentuh keningnya, kemudian ke tangkai-tangkai di pohon tersebut. Tampak seperti menggantungkan ‘buah’ yang tak tampak.

Bejo memperhatikan dengan seksama. Lelaki tersebut terlihat sedang melakukan ritual yang menurutnya ‘aneh’. Setelah melakukannya beberapa kali, lelaki tersebut masuk ke rumah. Seorang wanita cantik membukakan pintu untuknya dan dibelakangnya tampak seorang gadis kecil menyusul. Lelaki tersebut tersenyum dengan sumringah dan nampak sangat bahagia. Jauh berbeda dari saat dia keluar dari mobilnya.

Pintu menutup dan Bejo tidak tahu apa lagi yang terjadi dalam rumah sederhana tersebut. Bejo hanya mendengar bahwa suasana rumah itu sangat hidup dan bersemangat. Bejo masih bertanya-tanya, apakah gerangan yang dilakukan tetangganya dengan pohon tersebut.

Keesokan paginya, Bejo sedang menyiram pekarangan rumahnya. Rumput-rumput nampak segar setelah beberapa tetes air menyiramnya. Bejo melirik ke rumah tetangga seberangnya. Lelaki semalam keluar dari rumah. Dia menghampiri pohon kecil semalam, dan dia seolah sedang memetik ‘buah’nya. Kemudian dia meletakkan ‘buah’ tersebut di keningnya. Dia mengulang beberapa kali dan kemudian mengendarai mobilnya dengan senyum kecil.

Malam harinya, Bejo kembali menikmati malam seperti malam sebelumnya. Adegan kemarin malam berulang. Sebuah mobil menepi. Seorang lelaki lusuh keluar. Menghampiri pohon kecil, menyentuh kening dan meletakkan sesuatu di pohon. Masuk ke rumah dan senyum sumringah dari isi rumah menyambutnya dan semuanya tertawa. Bahagia. Keesokan harinya, adegan pagi juga berulang. Seorang lelaki keluar, menghampiri pohon dan memetik ‘buah’ untuk diletakkan dikeningnya. Adegan malam hari dan pagi hari sudah berulang selama 4 hari dan 4 malam. Bejo tidak tahan untuk bertanya.

Di hari kelima, pagi hari, Bejo menyapa sang lelaki. ‘Hi’. Sang lelaki menyahut, ‘Hi. Selamat pagi!’. Bejo kemudian berbasa-basi sebentar dan karena sudah tidak dapat menahan dirinya, akhirnya dia bertanya mengenai ritual malam dan pagi hari yang dilakukan tetangganya, yang ternyata bernama Andre. Andre tersenyum mendengar pertanyaan Bejo yang ternyata selama ini memperhatikan tingkahnya. Kemudian dia menjelaskan mengenai ‘ritual’nya.

‘Saat bekerja, saya mendapatkan banyak masalah. Sebagian belum terselesaikan dan masih ada dalam otak saya hingga sampai di depan rumah. Malam hari, sebelum saya masuk rumah, saya mengambil masalah-masalah tersebut dari otak dan menggantungnya di ranting-ranting pohon tersebut. Saat saya masuk rumah, saya merasa lebih baik tanpa masalah tersebut di otak saya.’

‘Saat pagi datang dan saya akan ke bekerja, saya mengambil masalah-masalah yang saya gantung semalam di pohon dan saya memasukkannya kembali ke dalam otak. Saya merasakan, masalah-masalah tersebut nampak lebih mudah dan lebih ringan serta lebih masuk akal untuk diselesaikan.’

Seorang bijak mengatakan, ‘jangan engkau tertidur hingga masalahmu terselesaikan’. Saya merasakan kalimat ini benar. Masalah yang masih belum terselesaikan hingga hendak tidur akan mengganggu tidur dan kualitasnya. Banyak orang tidak bisa tidur karena masalahnya yang belum selesai. Masalah tidak akan pernah habis, karena itu yang membesarkan dan menjadikan manusia lebih bijak – bagi mereka yang mau belajar. Selesaikan masalah jika memungkinkan sebelum berangkat tidur. Jika tidak memungkinkan, maka singkirkan dari otak anda. Caranya, mungkin seperti yang dilakukan Andre. Atau anda akan menemukan cara lainnya.

Selamat mencoba dan semoga masalah anda tidak menjadi hantu gentayangan dan membuat tidur anda kurang berkualitas. Saya ceritakan kembali dengan gaya saya sendiri dari the lost book, Unknown Author – Hikmah dari Seberang