Minggu, 16 September 2007, kira-kira pukul 15.30 aku menyaksikan dan tentu saja mendengarkan sebuah fenomena yang lain dari yang lain. Dalam acara yang disiarkan oleh sebuah stasiun televisi swasta tersebut menampilkan seorang tokoh agama atau masyarakat yang aku yakin gak ada orang yang gak kenal ama dia. Tampil di televisi? Ehm… setiap hari lebih dari sekali kayaknya. Terkenal? Of course, he did. Dia (atau beliau ya…) membawakan sholawat nabi Muhammad shalllallahu’alaihiwasalam (sholawat yang biasa dibawakan tiap hari kamis malam) dengan nada lagu jablai. Hehe…

Dengan gayanya yang ceria, dia membawakan sholawat tersebut dengan riang dan dengan nada lagu jablai yang manis dan lancar. Tahu siapa? Dia adalah seorang ustadz yang biasa mengisi acara-acara pengajian dimana-mana. Televisi, kota besar, dan dimanapun deh pokoke. Aku kaget aja dia bisa bawain sholawat dengan nada jablai yang lancar. UJ. Begitu dia biasa di sapa. Ustadz Jefri AlBukhory. Aku juga gak tahu acara apa. Aku menyaksikan dan mendengarkannya dengan kekehan kecil. Jadi teringat dengan rutinitas di desa dulu, tiap senin dan kamis malam kami mengadakan acara yang kami sebut ‘berjanjen’. Acara tersebut kami bawakan berisikan sholawat-sholawat untuk nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasalam. Kebiasaan kami adalah ketika sudah bosan dengan nada-nada yang lama, maka kami akan membawakan dengan nada lain yang mengambil dari lagu-lagu populer. Baik itu dangdut, pop dan lainnya.

Kembali ke UJ yang membawakan sholawat dengan nada lagu jablai. Sebenarnya bagaimana ya? Boleh gak sih?

Aku sendiri adalah orang yang longgar dalam penilaian dan masalah ‘boleh gak boleh’, tidak sekeras orang lain yang lebih keras tentunya.

Hehe… aku pikir sih… boleh aja. Dengan catatan tentunya. Sholawat adalah sesuatu yang sudah seharusnya diberikan kepada nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasalam, rasul Allah terakhir yang membawa Islam sebagai agama pelengkap. Bahkan Allah saja mengatakan Dia dan malaikat2Nya bersholawat kepadanya. Sesuatu yang agung dan tidak bisa dimain-mainkan. Sholawat dibawakan dengan nada lagu apapun adalah bisa-bisa aja asalkan dengan catatan tetap dihayati dan tidak dibawakan dengan maksud apa-apa. Dengan maksud tetap bersholawat dan tetap dihayati sebagai sebuah sholawat, bukan sebagai sebuah lagu jablai. Namun, ada baiknya jika dibawakan dengan nada yang lain yang lebih baik. Karena jika ini dilakukan oleh seorang ustadz yang dipercaya oleh masyarakat, maka aku khawatir menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan.

Sholawat memang seharusnya selalu disampaikan untuk nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasalam, dengan nada bagaimanapun. Namun, ada baiknya jika dibawakan dengan nada yang lebih baik dan sopan. Jika harus dilakukan dengan nada yang mengambil dari nada yang lain (jablai misalkan) seharusnya dilakukan dengan penuh penghayatan yang mendalam, sehingga maksud sholawat tetap tersampaikan.