Lukisan Monalisa yang dibuat oleh Leonardo Da Vinci merupakan lukisan yang cukup membuat para seniman kebingungan dan dibuat pusing. Pasalnya, setiap pembahasan mengenai senyumnya selalu menemui jalan buntu. Saya sendiri pun kebingungan dengan arti senyum sang wanita yang memikat tersebut. Ketika saya membaca tentang lukisan tersebut, saya mendapatkan banyak sesuatu yang janggal, bahkan keterangan satu dan lainnya sukar untuk disatukan. Ataukah saya yang terlalu bodoh untuk memahami semua itu, atau memang seperti itu? Entahlah. Hingga akhirnya saya memahami senyumnya setelah kejadian ini. Pemahaman yang mungkin sangat berbeda dengan orang lain.

Beberapa hari ini saya mengalami susah tidur sehingga pada akhirnya kepala saya sering sakit. Sebenarnya saya sudah mengalami insomnia – gangguan tidur – sejak lama. Sebisa saya ingat, semenjak saya masuk kuliah di Semarang. Kata dokter sepertinya saya terlalu banyak berpikir. Hehe… memang benar kata dokter, seharusnya saya bisa mengatur mana yang harus benar-benar saya pikirkan dan mana yang tidak harus benar-benar saya pikirkan. Namun, sepertinya semuanya terlalu penting untuk tidak saya pikirkan.

Seperti biasa saya pun berusaha untuk tidur lebih awal dibanding teman-teman satu kos saya. Kalau teman-teman tidur pada jam 24.00 atau setelah itu, saya berusaha untuk tidur setidaknya pukul 11.00 WIB. Sayangnya, setelah tidur beberapa jam, sekitar pukul 02.00 saya terbangun tidak karena alasan apapun. Saya terbangun begitu saja tanpa ada sebab, dan parahnya setelah itu saya tidak bisa memejamkan mata kembali. Memang seperti inilah kebiasaan yang saya alami. Walaupun saya berusaha untuk memejamkan mata kembali, sampai pagi pun saya tidak akan bisa tidur, kecuali setelah pukul 06.00.

Untuk sekedar menghilangkan sepi, pada akhirnya saya menyalakan televisi mencoba mencari-cari apakah ada acara yang enak untuk ditonton. Hingga saya menjatuhkan pilihan pada sebuah film lama yang berkisah tentang tahun 1450-an yang berjudul Monalisa Smile. Film ini mengisahkan tentang seorang dosen baru yang mengampu mata kuliah seni untuk para perempuan. Saya sendiri tida begitu paham mengapa yang diajar hanya perempuan, tetapi sepanjang pemahaman saya sepertinya memang dipisahkan antara perempuan dan laki-laki. Dosen seni baru tersebut berjuang untuk mengaraj mahasiswanya yang ternyata menguasai semua isi silabus mata kuliah tersebut, karena memang ternyata semua mahasiswa bahkan sudah hafal isi, dan keterangan yang tertulis dalam silabus.

Pada hari pertama kuliah sang dosen mencoba memperlihatkan slide sebuah lukisan, dan ketika akan dijelaskan tentang lukisan tersebut, dengan tanpa disangka seorang mahasiswa mengatakan apa yang baru saja akan dikatakan oleh dosen tentang lukisan tersebut. Sehingga hampir saja dosen tersebut berhenti untuk mengampu mata kuliah seni. Pada awalnya saya tidak begitu mengerti keterkaitan antara judul film dan isi yang terkandung dalam film tersebut. Walaupun tokoh yang diutamakan adalah mahasiswa dan dosen seni serta tentang lukisan, namun sama sekali lukisan Leonardo Da Vinci tersebut tidak pernah dibahas. Bahkan setelah 1 jama menyaksikan saya sempat berkehendak untuk mengganti channel. Namun, saya kembali lagi ke channel tersebut, karena ternyata tidak ada acara lain yang bisa menggantikannya – karena semua acara membosankan dan saya rasa tidak menarik untuk ditonton.

Sebelum film tersebut berakhir, nah di situlah inti dan keterkaitan antara judul film dan isi yang terkandung dalam fim tersebut saya dapatkan. Seorang mahasiswa yang diperankan oleh Kirsten Dunst, yang ternyata menikah beberapa bulan setelah masuk kuliah, ternyata ia bukanlah calon istri yang diharapkan oleh suaminya. Ia bahkan tidak pernah tidur dengan suaminya dalam satu rumah. Sehinga ia nampak begitu tidak bersemangat dan patah hati begitu tahu bahwa ia bukanlah istri yang dharapkan. Saat itulah ia mengadu pada seseorang yang kalau tidak salah – kalau salah saya mohon maaf – dosen seni tersebut, hingga sang dosen menjelaskan arti lukisan senyum Monalisa dalam pandangannya.

Monalisa, dalam paparan dan keterangan buku-buku sejarah adalah seorang perempuan yang tidak pernah tersenyum. Namun entah dorongan apa yang menyebabkan Leonardo Da Vinci menggambarkan senyum yang begitu dipuja oleh berjuta-juta orang. Senyum yang begitu memikat dan menggoda siapapun yang memandangnya. Dalam pandangan dosen seni tersebut arti dari lukisan Monalisa tersebut adalah walau apapun yang menimpa dirinya, ia tetap menampakkan senyum dan menutupinya. Sehingga, tidak ada seorangpun yang tahu apa yang sedang dialaminya. Yang terpenting dalam hidup adalah tidak menampakkan kesedihan yang diderita kepada orang lain dan selalu membuat orang lain mengira bahwa kita adalah satu-satunya orang yang paling bahagia dan tidak pernah menderita dalam hidup ini.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebuah figur yang patut untuk dicontoh. Dengan senyum yang selalu menghiasi wajah beliau, ia selalu menampakkan bahwa dirinya adalah orang yang paling berbahagia di muka bumi ini. Apapun yang menimpa dalam kehidupan selalu beliau sembunyikan dari sahabat-sahabatnya dan menampakkan di depan mereka bahwa ia dalam keadaan baik saja, beliau juga meyakinkan bahwa selalu ada hikmah yang bisa diambil dan dijadikan pelajaran. Namun menampakkan kesedihan dan mengharap belas kasihan di hadapan orang lain, bukankah sebaiknya malu karena manusia adalah makhluk yang paling mulia.

Saya sendiri bukanlah orang yang terlalu pintar untuk menyembunyikan kesedihan dan derita yang menimpa. Namun saya berharap, semoga Tuhan memberikan saya kekuatan untuk selalu tersenyum dalam menghadapi setiap derita dan cobaan dariNya. Amiin.