Salah satu perkara dunia yang diatur oleh Islam dengan baik adalah urusan berdagang. Dan sebagai seorang muslim yang baik, berusaha untuk memenuhi tuntunan itu sebuah keharusan. Walau mungkin nanti gak untung. Hehe..

Tersebutlah seorang penjual kecil-kecilan bernama Untung. Karena haus akan ilmu, ia kerap hadir di langgar tak jauh dari kediamannya selepas Isya. Beberapa malam lalu rupanya sang Ustad menyampaikan perihal perdagangan dalam Islam dimana ia belajar bahwa penjual tidak boleh menipu atau mengelabui calon pembeli. Termasuk bahwa penjual harus mengukur timbangannya dengan baik. Tidak boleh dikurangi walau hanya seberat pasir. Sesungguhnya Untung tak pernah tahu berapa berat pasir itu. Tapi toh ia diamkan saja.

Oh iya, Untung adalah seorang pedagang bebek. Setiap hari ada saja tetangganya yang menjual bebek-bebek kepadanya yang kemudian dia bawa ke pasar. Kadang bebeknya ludes dalam sekejap, dan di lain waktu dagangannya hanya laku satu ekor. Tapi toh ia jarang mengeluh. Cukup jarang ia merasa sedih karena dagangannya kurang laku. Mungkin karena kebun pisang di belakang rumahnya yang kerap berbuah dan laris itu cukup memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Tetapi ini bukan cerita tentang Untung yang akan menjual bebeknya. Melainkan soal pisang. Oh, saya suka pisang yang mengandung banyak hal baik itu. Kamu?

Suatu kali pisang di kebunnya tersisa satu tandan. Apesnya, tak semua pisang di tandan ini berkondisi baik karena beberapa buah diantaranya ternyata tidak lagi mulus dan terlihat lembek. Seorang tetangga yang kebetulan lewat tiba-tiba menghampirinya dan mengatakan bahwa ia bermaksud membeli pisang tersebut.

Untung cukup senang karena pisangnya bisa habis hari itu juga. Dengan demikian tak akan ada kemungkinan bahwa besok ia perlu membuang beberapa pisang yang ikut lembek dan tak lagi menarik dijual. Tetapi kemudian ia ingat akan ngajinya di langgar bersama si Ustad.

Maka ia mulai menjelaskan bahwa beberapa pisang di tandan miliknya tak lagi bagus. Ia mengijinkan tetangganya dengan seksama memperhatikan pisang-pisang tadi sembari menyebutkan nama Sukirno, seorang tetangga yang memiliki stok pisang bagus-bagus.

Dalam hati Untung tahu bahwa bisa jadi pisangnya tak laku. Ia paham bahwa calon pembeli ini bisa saja pergi dan meninggalkannya bersama pisangnya untuk membeli pisang dari Sukirno. Tetapi ia merasa itu bukan sebuah masalah karena dengan begitu ia telah menjadi penjual yang baik dan tidak hanya mementingkan keuntungan belaka. Yang dilakukannya bukan sekedar berdagang tetapi juga berbuat baik untuk orang lain, begitu pikirnya.

Apakah pisang dari kebun Untung tadi berhasil terjual? Entahlah. Saya sendiri tak tahu. Semoga saja laku. Kalau enggak ya biar saja dia bikin smoothies.

PS: based on true story