Mengeluh, Mengerti dan Bersyukur
Ketika aku mengenal kota, Aku mengeluh, mengapa aku terlahir sebagai wong ndeso? Hingga aku mengerti, bahwa desa itu simbol kejujuran.
Ketika aku mengalami masalah yang rumit, Aku mengeluh, mengapa hidup bermasalah, yang kadang rumit? Hingga aku mengerti, bahwa masalah itu guru kehidupan.
Ketika aku mulai mengenal kekayaan, Aku mengeluh, mengapa aku terlahir dari keluarga miskin? Hingga aku mengerti, bahwa miskin dan kaya itu sama saja.
Ketika aku tahu nikmatnya berfoya, Aku mengeluh, mengapa aku tidak punya banyak hal untuk berfoya? Hingga aku mengerti, bahwa kesederhanaan itu indah.
Ketika aku mengenal keramaian, Aku mengeluh, mengapa aku sering merasa kesepian? Hingga aku sadar, bahwa hening itu membahagiakan.
Ketika aku mengenal rasa sayang, Aku mengeluh, mengapa aku merasa hidup di padang gersang? Hingga aku sadar, bahwa kasih sayang tidak selalu kasat mata.
Ketika aku mengenal kesetiaan, Aku mengeluh, mengapa pengkhianatan itu mudah? Hingga aku mengerti, bahwa ada ketulusan dalam setiap jiwa.
Ketika aku mengenal cinta, Aku mengeluh, mengapa cinta datang dan pergi dengan mudah? Hingga aku bersyukur, bahwa cinta abadi hanya milikNya.
Kini, aku bersyukur telah mengerti semua itu.
Semarang, December 2nd, 2009