Beh, sangu!!
Kalimat ini hampir setiap hari ku dengar dari bibir manis salah satu ‘anakku’ tercinta – Nowe John. Anak, begitulah aku menganggap mereka (meskipun aku tidak pernah memberikan apapun kepada mereka) dan mereka menganggapku sebagai Babeh (Daddy). Aku mungkin tidak (belum) memberikan ilmu apalagi uang (sesuatu yang tidak bisa aku lakukan untuk mereka) karena aku hanya bisa memberikan rasa nyaman saat mereka memanggilku Babeh. Itu saja.
Selain Nowe John – biasa dipanggil John, aku masih punya dua orang anak lagi yang cantik dan pinter yaitu Jin Cantik – biasa dipanggil Jin – dan Ganyonk Tcyumoo – biasa dipanggil Tcyumoo. Selain mereka masih banyak lagi yang memanggilku Babeh. Umm.. kalau ada pemeringkatan tukang minta sangu (he…), maka: peringkat 1 diraih oleh John, peringkat 2 diraih oleh Jin, dan peringkat 3 diraih oleh Ganyonk. :D
Beh, sangu!!
Sangu adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti bekal. Saya tidak menemukan kata lain yang lebih berharga dari bekal dalam bahasa Indonesia, namun saya meyakini bahwa sangu bermakna lebih dari sekedar bekal. Berbicara tentang sangu, saya langsung teringat dengan keluarga di rumah. Keluarga saya bukanlah keluarga berkecukupan apalagi kaya. Bapak dan Mak saya hanya petani kecil bermodalkan 2 petak ladang yang berada di sebuah dusun kecil. Tidak cukup berpendidikan, karena Bapak saya hanya tamat SR, sedang Mak saya hanya bisa disebut cukup pandai membaca karena tidak pernah sekolah. Cerita tentang kedua orang tuaku akan ku tulis dalam catatan lainnya.
Meskipun kedua orang tuaku hanyalah seorang petani dusun dan berpendidikan rendah, mereka tidak main-main soal pendidikan anak-anaknya. Mereka menekankan kami untuk dapat meraih pendidikan setinggi-tingginya. Jika perlu, mereka akan menjual apa saja untuk dapat menyekolahkan kami. Hasilnya, Mbakku (sudah menikah) berhasil menamatkan Diploma 1 dan sekarang diberi amanat untuk mengurus panti asuhan. Sedangkan aku, sekarang menempuh pendidikan Strata 1 di salah satu perguruan tinggi swasta dan sudah memimpikan untuk menempuh S2 di luar negeri.
Kedua orang tuaku mungkin tidak bisa memberikan sangu untuk anak-anaknya dalam bentuk harta atau materi. Namun, mereka memberikan sangu kepada kami berupa pendidikan dan ilmu yang tidak akan pernah habis. Sangu jenis ini justru semakin hari semakin bertumbuh dan membesar dan lebih besar. Sangu yang lebih berharga dari sekedar uang atau materi karena uang dan materi akan habis dalam sesaat.
Karena sekarang aku mempunyai ‘anak’ dan mereka meminta sangu, maka aku akan memberikan sangu berupa ilmu dan wawasan yang dapat membawa mereka untuk dapat mengambil manfaat darinya dan mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Jadi, anak-anakku tersayang… terima kasih telah menjadikan aku babehmu. Dan maafkan babeh karena hanya bisa memberikan sangu berupa ilmu dan wawasan alih-alih uang atau harta.
Ditulis dalam indahnya kasih sayang keluarga HM-TI dan terinspirasi oleh John, Jin dan Tycumoo.