Sebagai orang dewasa, setidaknya dari sisi usia, kita bisa melakukan apa saja ketika bosan melanda. Dari nonton film, horor sampai blue-film, duduk-duduk di warung kopi hingga pagi, karaoke bersama teman, atau berbelanja. Yay! Namun, tidak demikian dengan anak-anak. Mereka tak punya banyak pilihan. Mau ini tak boleh. Mau itu pun belum tentu boleh.

Ide Mary Choi dengan memberikan akses kepada anak-anak untuk menonton film horor dalam rangka menghilangkan kebosanan rasanya cukup bagus. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua film horror bagus untuk anak-anak. Saw bukan salah satunya. Tidak juga Final Destination.

Lalu film yang bagaimana? Menurut Mary, sebaiknya diberikan film yang membuat mereka merasakan dan bukan harus berpikir untuk mencerna. Semacam Corpse Bride, Coraline, ParaNorman, atau Dracula.

Menonton film horor akan membuat anak-anak merasakan sensasi yang lain. Tidak hanya lucu dan petualangan, namun juga rasa seram. Lalu, bagaimana kalau nanti mereka ketakutan? Mengutip kalimat dari Dave McKean, artis yang berkontribusi dalam pembuatan ilustrasi seram di Coraline, “Children can handle most things. My experience is that they are usually pretty good at self-censorship. If they feel uncomfortable, they usually know it’s not for them and switch off or close the covers.”

Saya setuju. Walau bagaimanapun, film-film horor model di atas masih jauh lebih baik dibandingkan film yang menceritakan Bella Angsa sedang bercinta dengan Edward Molen hingga membuat dunia berguncang. Menurut saya juga lebih baik daripada nonton film lucu semacam Madagascar, atau petualangan macam Toy Story. Film genre begini lama-kelamaan juga membosankan.

Ada film lain yang menarik?