Di setiap post saya terdahulu, sekarang tidak lagi, saya selalu mencantumkan kata-kata ‘anda boleh saja membaca, tetapi hati-hati dengan yang anda baca’ di akhir post-post tersebut. Tentu saja arti dari kalimat tersebut sangat mudah untuk dipahami. Namun bagaimana dengan aplikasinya di dunia nyata? Siapa yang tahu.

Kemarin lusa dan kemarin, saya mengalami dan merasakan kejadian yang berhubungan dengan kalimat di atas saat saya membaca berita dari media. Kemarin lusa, berita yang mengatakan bahwa pengguna WordPress terancam serangan hacker, ternyata tidak sepenuhnya benar. Matt, founding developer WordPress sampai ‘marah’ dalam tulisannya di blog development. Di tulisan saya yang sebelumnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Dari dua hari tersebut saya mendapatkan tiga kesalahan (menurut saya) media yang mengharuskan pembaca berhati-hati terhadap apa yang dibaca.

  • Kurangnya validitas tulisan. Berita yang menggunakan sumber berita tidak valid (tidak update misalnya) akan membuat pembacanya tersesat dan, mengutip kata-kata Matt, stupider in reading them. Hal ini saya temukan kemarin lusa saat saya membaca kabar di portal berita mengenai down-nya ratusan blog di Network Solutions. Portal berita tersebut ternyata memiliki sumber berita yang kurang sehingga tulisannya tidak lagi valid. Karena ending dari berita tersebut sebenarnya adalah kesalahan user dalam memberikan file permission pada file  wp-config.php
  • Memberikan judge terhadap yang dituliskan. Saya menemukan sebuah media yang menurut saya kredibel pada awalnya ternyata melakukan kesalahan yang saya kira fatal dalam dunia jurnalistik. Mereka menuliskan sebuah paragraf penutup yang judgmental. Tulisan yang seharusnya menjadi berita tersebut lebih pantas disebut sebagai post dari blog seseorang. Bukankah tugas media adalah mengabarkan sebuah kejadian tanpa tambahan apapun. Kecuali jika media tersebut memang ditunggangi oleh sesuatu. :lol:
  • Mengajarkan mencari kambing hitam. Saya pernah mendengar bahwa media adalah salah satu sumber pembelajaran masyarakat sebuah bangsa. Beberapa media saat ulang tahun mendapatkan ucapan selamat dan doa agar bisa memberikan andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, saya sering kecewa. Kemarin, saya terpaksa mengirimkan email kritikan ke sebuah media elektronik nasional, televisi, karena hal tersebut. Dalam sebuah topik show, mereka menggunakan judul ‘Siapa yang harus disalahkan dalam kerusuhan Koja?’ dan meminta masyarakat berkomentar. Seolah masyarakat sedang diajarkan untuk mencari kambing hitam. Hal ini bukan kali ini saja terjadi. Banyak kejadian serupa yang ujung-ujungnya, media akhirnya berlomba-lomba mencari tahu siapa yang harus dikambinghitamkan. Kalau dari setiap kejadian tidak baik harus ada yang dikambinghitamkan, masyarakat belajar bahwa selalu ada kambing hitam dan akan mencarinya. Apakah ini bentuk pendidikan yang baik?

So, bagaimana agar tidak terjebak dalam berita yang salah? Bagaimana agar tidak menjadi _stupider when reading news/posts? _Bagaimana tips membaca berita?

Saat membaca sebuah tulisan dan atau berita, cobalah untuk:

  • Find related news/post untuk dikonfrontasikan dengan post yang sedang dibaca. Dengan demikian anda akan terbiasa untuk tidak hanya menggunakan satu sumber, melainkan juga sumber yang lain. Berita yang anda dapat akan memiliki nilai validitas yang lebih baik.
  • Memandang sebuah berita dari sudut pandang lain. Jika sebuah berita mengabarkan kejadian, maka cobalah untuk merasa berada di sana dan bersikap netral. Sikap netral akan mengajarkan untuk tidak menjadi seorang yang judgmental.
  • Anda boleh membaca apa saja. Semuanya. Tetapi hati-hati dengan wacana, karena wacana bisa membentuk pribadi seseorang. Baca semuanya, dan olah kembali dalam nurani agar tak tersesat.

Saya bukan seorang jurnalis. Dan saya juga tidak tahu banyak tentang media. Yang saya tuliskan adalah apa yang menurut saya baik untuk saya sampaikan. Jika ada yang tidak baik, silakang dibuang.

Semoga bermanfaat dan SALAM KEBEBASAN yang mendidik kebaikan dan tidak memihak. sm/41016/me._