Dari menyimpan banyak ilmu dalam otak menjadi mengandalkan Google dan Wikipedia sebagai gudang ilmu dan rujukan. Dan dari berpikir mendalam pasca membaca buku menjadi berselancar di antara tautan-tautan dalam browser dengan pemahaman ala kadarnya.

Era dan dunia Twitter semakin mengokohkan kebiasaan ini dengan sifatnya yang realtime dan pendek. Dua hal yang saling melengkapi dalam rangka menghilangkan dan menyingkirkan kebiasaan baik untuk otak dan ilmu pengetahuan.

Pendeknya tulisan membuat kita menjadi cepat menyimpulkan sesuatu sebagaimana menciptakannya. Sementara cepatnya informasi baru yang masuk dan tanpa jeda tidak memberikan kesempatan kepada otak untuk berpikir lebih dalam.

Full story: Detik.com