[caption id="" align=“alignleft” width=“330” caption=“credit: dragoart.com”][/caption]

Hari ini saya menyadari satu hal: manusia perlu belajar dari sifat setan. Sepanjang pengetahuan saya, setan tidak punya nafsu. Setan hanya punya satu hal yang akan dilakukannya hingga akhir zaman: yaitu membujuk manusia untuk mengikuti jalannya. Itulah yang saya tahu tentang setan dari Kitab Suci.

Jika pengetahuan saya tentang setan mengatakan setan tidak punya nafsu, pengetahuan saya tentang manusia mengatakan manusia punya nafsu. Kadangkala, nafsu manusia ini menguasai dirinya melebih kuasa hati dan pikirannya. Contoh kecil nafsu manusia adalah memaksakan kehendak. Contoh dari memaksakan kehendak adalah memaksa seseorang untuk menyerahkan harta bendanya (merampok, mencopet, dll).

Kalau manusia bisa memaksa, tidak dengan setan. Model setan dalam mengajak manusia ke jalannya tidak menggunakan paksaan. Setan menggoda manusia dengan iming-iming yang masuk akal. Ketika tidak berhasil, dia (setan) akan datang lagi dan kembali menggoda. Proses ini akan berjalan terus hingga misinya berhasil atau dia terhempas dan terpaksa pergi. Dia tidak memaksakan manusia untuk mengikuti jalannya. Setan menjalankan tugasnya dengan sabar dan terus menerus.

Manusia, seringkali memaksakan kehendaknya. Catatan sejarah menyebutkan bagaimana raja-raja memaksa rakyatnya untuk melakukan ini dan itu. Sejarah mencatat bagaimana manusia memaksa orang lain melayani nafsunya. Sejarah juga mencatat bagaimana politisi memaksa orang kecil untuk memilih dirinya.

Muhammad (shollallahu ‘alaihi wasallam) tidak pernah sekalipun melakukan hal yang memaksakan kehendak. Saat beliau sedih maupun senang. Beliau juga mengajarkan pada umatnya untuk tidak menggunakan nafsunya dan atau memaksakan kehendak. Memaksakan kehendak berarti menggunakan nafsu. Bahkan untuk mengajak manusia masuk ke dalam Islam, beliau menggunakan cara yang baik. (tpos/sm/le)