Apalah artinya daerah yang kaya akan sumber dayanya jika tak dimanfaatkan dengan baik? Bukankah orang bijak berkata bahwa kita perlu belajar dari alam serta menggunakannya sepanjang kita memerlukan?

Kata orang, Indonesia ini kaya dan makmur, atau orang Jawa bilang gemah, dengan banyak hal yang salah satunya adalah rempah. Kata sejarah, karena rempah inilah negara-negara lain berlomba untuk menguasai Indonesia dan mengeruknya demi kepentingan mereka.

Berbicara mengenai rempah, hal yang pertama terlintas dalam benak adalah cengkih. Bagi Anda yang tak pernah melihat cengkih, tumbuhan ini memiliki pohon yang cukup tinggi sehingga para petani harus menggunakan tangga untuk memetiknya. Tanaman yang biasa hidup di dataran tinggi ini memiliki bunga yang pedas dan beraroma harum. Sebuah rasa dan aroma yang unik.

Saya harus akui bahwa di antara sekian banyak jenis rempah saya lebih menyukai cengkih. Saya bisa menjamin detik pertama ketika seseorang menanyakan rempah cengkih adalah jawabannya. Namun, meski kecintaan akan cengkih sedemikian rupa saya belum pernah memanjat pohon ini menggunakan tangga. Paling banter saya hanya main-main di bawahnya saja. :/

Secara otomatis, cengkih selalu sukses membawa saya ke dalam kenangan akan makanan yang dimasak dengan bumbu ini. Tidak ada jenis bumbu lain yang bisa membangkitkan kenangan dalam hidup seperti halnya cengkih. Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi begitulah adanya.

Saya tidak selalu mengkonsumsi kue nastar. Ketika masih kanak-kanan di kampung dahulu, kami biasa mengkonsumi nastar cengkih pada saat lebaran atau bertamu ke rumah saudara. Pada dasarnya nastar bukanlah kue favorit karena setelah menikmati kue ini saya harus rajin minum air untuk menghilangkan rasa yang menempel di mulut. Tetapi cengkih mampu membuat saya tak mempersoalkan urusan rasa kental dalam mulut tadi. Malah, saya menikmati nastar cengkih. Dan salah satu kebiasaan (buruk?) saya adalah menjilat cengkih yang ada pada nastar karena rasanya yang unik. :D

Sejujurnya, saya hanya beberapa kali menikmati nasi briyani karena biasanya berharga lebih mahal dari warteg. Tetapi jika membayangkan nasi briyani yang ada di Indonesia ini entah kenapa saya terbayang cengkih dan begitu juga sebaliknya.

Karena ukuran cengkih yang kecil, sebenarnya memisahkan antara cengkih dan nasi bukan perkara mudah bagi saya. Kenapa? Karena biasanya restoran yang menyediakan nasi briyani memiliki penerangan yang minim alias remang-remang. Entah kenapa restoran Timur Tengah itu sukanya begitu. Karena demikian itulah, cengkih pernah masuk bersama nasi ke dalam mulut. Mau tahu rasanya? Kalau belum sampai menggigit sih lumayan. Kalau sampai tergigit itu cengkih, maka apeslah.

Kalau tidak salah, bumbu yang termasuk dalam memasak rendang salah satunya adalah cengkih. Namun, saya harus akui bahwa rendang sama sekali tak mengasosiasikannya dengan cengkeh. Mungkin karena bumbu lain yang lebih kuat.

Selain makanan, cengkih tentu saja mengingatkan saya akan rokok kretek. Rokok khas Indonesia ini tidak hanya dikonsumsi oleh orang Indonesia, melainkan juga sampai di negara-negara Asia, Eropa dan Amerika Serikat. Kakek saya (almarhum) yang perokok memang tak pernah ketinggalan menaburkan cengkih dalam setiap linting rokoknya. Entah karena sebab apa, yang pasti dia akan mencari cengkihnya sampai ketemu sebelum menyulutkan api ke lintingan rokok.

Cengkih sebenarnya digunakan dalam banyak sekali hal dalam kehidupan sehari-hari. Ada yang mempercayainya sebagai anti nyamuk, mencegah ejakulasi dini, anestesi bagi ikan, hingga mengurangi sakit gigi. Beberapa hal yang menyangkut medis ini sebenarnya tanpa bukti ilmiah meski China dan India telah menggunakan cengkih sebagai obat sejak dahulu kala.

Meski cengkih memang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, ada baiknya Anda berhati-hati jika menyimpan minyak cengkih. Kandungan eugenol dalam minyak cengkih dalam kadar 5-10ml saja dapat membahayakan anak-anak.

Cengkih adalah rempah asli dari Indonesia. Sesuatu yang bisa saya sebut sebagai mahakarya di negara gemah rempah ini.

Sumber gambar (1) Wikipedia (2) OpenRice